Definisi Anoreksia
Anoreksia berasal dari gabungan bahasa yunani, anerektos, dan bahasa latin, nervosa, yang artinya tiada selera. Anoreksia adalah aktivitas untuk menguruskan badan dengan melakukan pembatasan makan secara sengaja dan melalui kontrol yang ketat (Tambunan 2002). Anoreksia biasa menimpa para model dan penari balet. Kedua profesi ini menuntut tubuh tetap kurus agar performa kerja dapat maksimal. Anoreksia juga menimpa orang yang merasa tubuhnya tidak pernah sempurna dan selalu khawatir akan berat badannya.
Anoreksia nervosa merupakan suatu kelainan psikis pada seseorang, buka gaya hidup (life style). Sekitar 95% penederita anoreksia adalah perempuan yang berstatus social ekonomi menengah ke atas, namun tidak menutup kemungkinan untuk laki-laki mengidap anoreksia. Kelainan ini mulai muncul di masa remaja dan kadang muncul di masa dewasa. Berdasarkan derajatnya, anoreksia dapat bersifat ringan dan sementara atau berat dan berlangsung lama (Anonim 2008).
Anoreksia berefek kepada tubuh dan pikiran (Tambunan 2002). Pederita anoreksia merasa tidak nafsu makan meski sebenarnya lapar dan berselera terhadap makanan. Persepsi penderita anoreksia terhadap rasa kenyang juga terganggu. Konsumsi makanan dalam porsi sangat kecil sekalipun dapat menyebabkan perut terasa penuh atau bahkan mual. Selain itu, penderita anoreksia terkadang mengalami penghentian menstruasi akibat malfungsi hipotalamus.
Penderita anoreksia memiliki pandangan yang salah tentang bentuk tubuh (body image) ideal, sehingga timbul rasa takut yang berlebihan terhadap kenaikan berat badan. Untuk mengontrol berat badannya agar tidak naik, penderita anoreksia biasanya akan melakukan diet yang sangat ketat sehingga rela kelaparan, memuntahkan kembali makanan yang dimakan, meminum obat pencahar (laxative), serta berolahraga secara berlebihan (Nirmala 2007).
Penderita anoreksia akan melakukan semua cara yang dapat mempengaruhi pengurangan makan. Penderitanya akan ber bohong dan secara cerdik akan mengelabui orang di sekitarnya. Penderita akan tampak aktif bergerak, berpakaian tebal agar terlihat gemuk, dan akan berhias untuk menutupi wajahnya yang pucat. Walaupun tubuhnya sudah sangat kurus, penderita akan selalu merasa dirinya terlalu gemuk.
Ciri khas penderita anoreksia (Anonim 2007) antara lain sebagai berikut:
1 . Biasanya penderita adalah wanita, baik remaja, dewasa atau yang baru memasuki masa puber
2. Tumbuh dalam lingkungan keluarga yang menekankan pentingnya prestasi sebagai nilai kebanggan keluarga
3. Mempunyai perhatian yang berlebihan tentang kesempurnaan penampilan
4. Mempunyai orang tua yang sangat sibuk dengan dunia mereka sendiri. Penderita anoreksia biasanya merasa harus menjadi sempurna agar mendapat perhatian dari orang tua mereka.
5. Ditandai dengan perubahan fisik seperti rambut rontok, terhentinya ovulasi dan menstruasi, detak jantung melambat, tekanan darah rendah dan tidak mampu menahan rasa dingin.
6. Biasanya memiliki tingkat depresi yang lebih parah dibandingkan penderita bulimia.
7. Rentan terkena osteoporosis, karena asupan kalsium yang rendah.
8. Dapat menyebabkan kerusakan hati dan organ-organ vital lainnya jika berat badannyaturun di bawah batas normal.
Penyebab anoreksia
Para ahli kesehatan berpendapat bahwa factor social memegang peranan penting. Penderita anoreksia akan merasa bahagia dan lebih sukses jika berhasil menurunkan berat badannya sehingga menjadi lebih langsing. Menurut penderita, badan yang gemuk terlihat tidak menarik, tidak sehat serta tidak diinginkan oleh lingkungan.
Anoreksia nervosa pada dasarnya merupakan penyakit mental yang bias diakibatkan oleh factor berikut:
1. Biologis
Pada beberapa orang, penyakit ini diturunkan secara genetic. Orang dengan saudara kandung atau orang tua yang terkena eating disorder pun sering ditemukan mengidap penyakit serupa. Bahkan beberapa penelitian mengatakan bahwa serotonin, sebuah zat kimia yang secara natural ada dalam otak dapat mempengaruhi perilaku makan karena hubungannya dengan regulasi kebutuhan makanan (Kirana 2008).
Peneliti lain berpendapat bahwa anoreksia menungkin dapat disebabkan oleh malfungsi hipotalamus. Hipotesis ini didasarkan pada hasil observasi, yakni terkadang penghentian menstruasi pada penderita anoreksia tidak disebabkan oleh penurunan berat badan. Hipotalamus memiliki peranan penting dalam pola makan dan fungsi hormonal (Anonim 2004).
2. Kesehatan psikologis dan emosi
Orang yang menderita eating disorder umumnya memiliki psikologis dan emosi yang mendukung penyakit tersebut. Penderita cenderung memiliki penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah dan berperilaku impulsive, seperti kesulitan meregulasi kemarahan, konflik keluarga dan kesulitan dalam bergaul (Kirana 2008).
Ada beberapa factor psikologis yang dapat menyebabkan seseoang menjadi penderita anoreksia. Pertama, ketidakmampuan seseorang untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi disekitarnya, seperti putus cinta, meninggalnya orang tua, dan pengalaman traumatis lainnya. Selain itu, perasaan ditolak atau diabaikan keluarga juga menjadi factor pemicu terjadinya kasus anoreksia. Seseorang yang berasal dari keluarga tidak harmonis cenderung menyalahkan dan menghukum diri sendiri dengan menolak untuk makan dan menahan lapar (Yudhi 2008).
3. Isu sosiokultur
Pada jaman sekarang, lingkungan seringkali seolah-olah menuntut para perempuan untuk selalu tampil ramping. Berbagai media dan industry entertainment selalu focus pada penampilan dan bentuk tubuh. Tekanan sebaya juga seringkali menimbulkan keinginan untuk menjadi langsing. Hal ini dapat menimbulkan krisis mengenai persepsi citra tubuh. Tidak semua remaja dapat menerima perubahan yang terjadi dalam tubuhnya sebagai suatu hal yang wajar. Penderita anoreksia biasanya akan mengalami keterlambatan pertumbuhan payudara atau terlambat menstruasi, sehingga wajah mereka tampak lebih muda dari usia yang sebenarnya (Yudhi 2008).
Gejala Anoreksia
Gangguan yang timbul pada penderita anoreksia, antara lain berupa kurusnya tubuh (emasiasi), tidak mengalami menstruasi (amenorrhea) dan gangguan pencernaan. Gangguan emasiasi tehap pertama biasanya timbul sampai penderita menurunkan berat badan 20-40%. Selajutnya bahkan hingga dapat tinggal tulang berbalut kulit saja, sehingga kulit menjadi kering dan tidak elastic. Kurangnya makanan yang dikonsumsi mengakibatkan rendahnya asupan zat gizi, sehingga metabolism tubuh akan terganggu (Anonim 2008).
Gangguan juga menyerang system reproduksi, yang ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi (amenorrhea). Hal ini disebabkan oleh berkurangnya kalori dalam makanan sehari-hari. Gangguan saluran pencernaan terlihat pada adanya lidah yang kotor, perasaan pahit di mulut, menurunnya motalitas (pergerakan) usus, yang ditandai dengan perut kembung dan konstipasi. Gejala penyerta lainnya antara lain rambut yang kering, kuku yang rapuh, tidak tahan terhadap dingin karena lapisan lemak sangat tipis, dan badan yang bertambah lemah (Anonim 2008).
Perubahan hormonal yang terjadi akibat anoreksia adalah berkurangnya kadar hormone estrogen dan tiroid, serta meningkatnya kadar hormone kortisol. Hal ini juga dapat menyebabkan menstruasi terhenti. Penghentian menstruasi bahkan dapat trejadi sebelum berat badan penderita turun (Anonim 2006).
Jika penderita mengalami kekurangan gizi yang serius, maka bias terjadi kelainan pada berbagai organ tubuh, diantaranya terjadi kelainan jantung serta cairan dan elektrolit (natirum, kalium, klorida). Jantung menjadi semakin lemah dan memompa lebih sedikit darah ke seluruh tubuh. Penderita bisa mengalami dehidrasi dan cenderung mengalami pingsan. Darah menjdi asam (asidosis metabolic) dan kalium dalam darah berkurang. Muntah dan pemakaian obat pencahar akan semakin memperburuk keadaan. Bisa terjadi kematian mendadak, yang kemungkinan disebabkan oleh irama jantung yang abnormal (Anonim 2006).
Dampak emosional dan perilaku dari penderita anoreksia umumnya:
• Menolak ajakan makan karena menganggap diri tidak lapar
• Mood yang datar, cenderung tanpa emosi
• Sulit konsentrasi
• Perasaan tidak berharga dan mudah merasa bersalah
• Tidak percaya diri dan canggung berhadapan dengan orang banyak
Pengobatan anoreksia
Pengobatan eating disorder bergantung pada tiap tipenya (kirana 2008). Secara umum, pengobatan anoreksia dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Mengembalikan berat badan normal
Jika berat badan turun sangat cepat atau banyak, hingga 25% di bawah berat badan normal, maka sangat disarankan untuk mengemabalikan bobot tubuh ke berat normal. Pengobatan awal biasanya dilakukan di rumah sakit, kadang diberikan makanan berupa infuse atau selang nasogastrik.
2. Pendidikan nutrisi
Dietisien dan tenaga medis lainnya dapat memberikan informasi mengenai diet yang sehat dan membantu merancang rencana nutrisi sehingga mampu mencapai berat badan yang ideal dan kebiasaan makan yang sehat.
3. Terapi psikis (psychotherapy)
Jika status gizinya sudah baik, maka dimulai terapi oleh psikolog. Terapi dapat berupa psychotherapy individual, kelompok atau keluarga. Pengobatan ini dapat membantu pasien mengubah perilaku tidak sehat. Pasien akan belajar cara mengontrol makanan dan mood, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan stress.
4. Medikasi
Medikasi akan membantu pasien untuk mengontrol ketakutan pada makanan maupun diet. Obat yang diberikan biaanya berupa antidepresi dan obat penenang.
Diet pada penderita anoreksia
Jenis diet dan indikasi pemberian
Pemberian makanan disesuaikan dengan keinginan pasien, sehingga makanan disukai atau dapat diterima walaupun tidak lapar; hindari minum sebelum makan; tekankan bahwa makan adalah bagian penting dalam program pengobatan; dan olahraga sesuai dengan kemampuan penderita. Makanan dapat diberikan dalam bentuk Makanan Padat, Makanan cair, atau kombinasi. Sesuai dengan keadaan pasien, makanan dapat diberikan secara oral, enteral, maupun parenteral (Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asosiasi Dietisien Indonesia 2006).
Tujuan Diet
1. Memberikan makanan seimbang untuk mencapai berat badan normal
2. Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan.
3. Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan oleh pasien dan keluarganya.
Syarat Diet
1. Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB.
2. Protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB.
3. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energy total
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energy total
5. Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B kompleks, C, dan E. Bila perlu ditambah dalam bentuk suplemen
6. Makanan mudah dicerna, porsi makan kecil dan sering diberikan.
Pedoman untuk mengatasi masalah makan
1. Bila ada perubahan pengecapan
a. Makanan dan minuman diberikan dengan suhu kamar atau dingin
b. Tambahkan bumbu makanan yang sesuai untuk menambah rasa
c. Minuman diberikan dalam bentuk segara seperti sari buah atau jus
2. Bila ada kesulitan mengunyah atau menelan
a. Minum dengan menggunakan sedotan
b. Makanan dan minuman diberikan dengan suhu kamar atau dingin
c. Bentuk makanan disaring atau cair
d. Hindari makanan yang terlalu asam atau asin
3. Bia mulut kering
a. Makanan dan minuman diberikan dengan suhu dingin
b. Bentuk makanan cair
c. Kunyah permen karet atau hard candy
4. Bila mual dan muntah
a. Beri makanan kering
b. Hindari makanan yang berbau merangsang
c. Hindari makanan berlemak tinggi
d. Makan dan minum perlahan-lahan.
e. Hindari makanan dan minuman terlalu manis
f. Batasi cairan pada saat makan
g. Tidak tiduran saat makan
Sabtu, 20 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar